Kamis, 02 April 2009

Menulis Adalah Kung Fu

Dalam serial komik Kenji karya Ryuchi Matsuda & Yoshihide Fujiwara (di Indonesia diterbitkan oleh Elex Media Komputindo), sang tokoh utama mempelajari kungfu Delapan Mata Angin. Namun, dalam perjuangannya dalam mendalami ilmu ini, ia mempelajari kungfu gaya lain, dari Tai Chi hingga Kungfu Enam Kehendak.

Saat mengetahui kelemahannya dalam tinju, misalnya, ia mengikuti sasana tinju dan mempelajari kungfu yang berfokus pada pukulan. Namun, ia tidaklah berganti aliran. Ia menggunakan pengetahuan dan teknik baru yang bisa menguatkan kungfu Delapan Mata Anginnya. Sementara yang tidak, ia sisihkan.

Hal ini serupa dengan menulis. Pada satu saat, seorang penulis akan mendapatkan "aliran" menulisnya yang akan ia dalami. Namun, dalam proses pembelajaran, kita perlu mencoba dan mempraktikkan "gaya-gaya" menulis lainnya untuk mendapatkan suatu pencerahan, menambal kekurangan yang kita miliki.

Pada akhirnya, suatu gaya khas penulis akan muncul dari pengalaman seseorang bereksperimen dan berpraktik.

Mari berlatih menulis ala kung fu!

a. Ingin mempelajari cara membuat judul yang menarik?
Bisa dengan berlatih menjadi copywriter atau caption-writer. Ambillah foto secara acak, lantas berikan teks singkat yang membuat situasi fotonya menjadi jelas. Atau beri balon dialog sehingga menjadi lucu. Ini latihan berpikir multisituasi. Satu foto bisa menjadi bermacam-macam konteks adegan dengan pemberian teks yang berbeda. Dengan begitu, kita dapat mempelajari pencarian berjuta jalan menuju terbentuknya satu kalimat.

b. Ingin membuat kalimat yang efektif?
Bisa dengan berlatih menulis flash fiction atau berlatih menjadi editor. Kuasai pola pikir memanfaatkan suatu batasan ketat menjadi keunggulan dalam bercerita. Dan jalani disiplin untuk menyisihkan kata-kata yang berlebihan.



Editor siap memotong kata (atau menyabet mereka yang masih menulis "disamping" atau "di denda")


c. Ingin membuat dialog yang efektif dan menarik?
Cobalah membuat atau mempelajari skrip komedi situasi. Carilah pencerahan menuju dialog yang dapat menuntun pembaca/pendengar menyelami karakter yang berbeda. Temukan juga cara untuk membuat dialog menjadi sesuatu yang menarik dan penting bagi cerita, bukan sekadar penambah jumlah halaman.

d. Apakah tulisan anda terlalu "telling"?
Cobalah menulis skenario film aksi atau membuat (skrip) komik. Pelajari kunci bercerita secara visual, sehingga dapat menangkap inti dari pakem "Show, don't tell".

e. Bagaimana melatih kedisiplinan menulis?
Cobalah membuat blog (boleh untuk pribadi saja, tidak disebar ke umum) yang di keterangannya ditegaskan: "…akan diisi setiap hari". Atau cobalah membuat skrip/storyboard komik strip harian. Biasakan diri agar dapat secara alamiah menemukan waktu menulis setiap hari.

Ini hanyalah sebagian contoh. Temukan cara-cara kita sendiri untuk menguatkan kemampuan diri.

Jangan percaya dubbing film kungfu lawas. "Your kung fu is verrrry good. Teach me Master!"
adalah pola pikir yang salah.

Inti kung fu adalah pengenalan diri. Dan batas diri. Kemudian melampauinya.

Tidak ada yang bisa mengajarkan itu.

Jalanilah sendiri. Sama seperti naik sepeda. Kalau belum pernah naik ke sadel dan mengayuh, berhentilah mencari tahu teknik. Coba terus. Kalau sudah bersepeda ke mana-mana, baru ngobrollah dengan pengendara sepeda lain.

Sebelum itu, diam. Dan berkeringatlah.


Mengapa ini penting?
Jika hanya berkutat pada tempurung kita, bukannya itu kontradiksi dengan istilah "penulisan kreatif"? Dengan mencoba berbagai hal baru, kita memperluas zona kenyamanan kita. Secara ajaib, dengan banyak mempelajari hal baru dengan sungguh-sungguh, keahlian dasar kita malah makin kuat, bukannya makin kabur.


Perkecualian
Jika Anda belum mengetahui tipe penulis seperti apakah Anda, atau apa tujuan Anda dalam menulis, lebih baik jangan dulu lakukan ini. Karena bisa jadi Anda malah terjebak sekadar melakukannya karena iseng. Alih-alih mendapatkan pembelajaran, nanti malah jadi bingung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar