Kamis, 02 April 2009

Ide Tidak Akan Berharga, Tanpa Diwujudkan

Dalam berbagai acara dan kesempatan, banyak sekali hadirin yang berkata, "Saya ingin menulis cerita, tapi idenya masih belum terlalu bagus. Jadi saya cari-cari dulu." Ini adalah pola pikir yang merugikan diri sendiri. Karena dalam penulisan kreatif, ide memang tampak sangat berharga. Tapi hanya kalau sudah diwujudkan.

Sebagai contoh, Donna mendapatkan banyak surat pembaca yang berkata bahwa mereka juga pernah memikirkan ide yang serupa dengan salah satu novel Donna. Terlepas dari benar atau tidak, ada satu perbedaan yang jelas: Donna benar-benar mewujudkan ide itu. Ide Donna menjadi jauh lebih bernilai daripada yang hanya tersimpan di benak.

Derek Sivers, presiden dan pemrogram CD Baby dan HostBaby berkata, "Menurut saya, ide tidak ada harganya kalau tidak direalisasikan. Ide itu sekadar pengali. Realisasilah yang bernilai jutaan."

Hal ini juga berlaku untuk penulisan kreatif. Dengan mengadaptasi contoh Derek mengenai bisnis, nilai suatu karya ditentukan dari pengalian antara dua hal:

1. Ide (cerita):
  • Ide superjelek = 0
  • Ide buruk = 1
  • Ide standar = 25
  • Ide bagus = 100
  • Ide luar biasa = 200

2. Penulisan (dan penceritaan):
  • Tidak dituliskan = Rp100
  • Penulisan buruk = Rp1.000
  • Penulisan standar = Rp100.000
  • Penulisan bagus = Rp1.000.000
  • Penulisan luar biasa = Rp10.000.000

Ide paling hebat, jika tidak dituliskan, hanya bernilai Rp20.000. Bahkan ide standar pun jika ditulis dengan bagus akan berharga Rp25 juta. Dan itu akan lebih bernilai daripada ide luar biasa yang ditulis secara standar (Rp20 juta).

Jangan menghabiskan usaha terlalu banyak untuk mencari ide luar biasa. Cukup milikilah inti pesan yang kuat. Paling jelek, ide kita akan standar.

Apa salahnya? Novel seperti Harry Potter dan Stardust tidak benar-benar memunculkan ide yang baru. J.K. Rowling meramu berbagai mitologi dan hikayat ke dalam plotnya. Tidak perlu saya jelaskan lagi kesuksesan seri ini dalam memikat para pembaca setianya. Lalu, konsep perjalanan bersama dua tokoh asing sehingga menjalin ikatan batin yang kuat juga tidak baru. Tapi Neil Gaiman dapat mengolahnya menjadi novel fantasi yang khas.

Jadi, pusatkanlah usaha kita pada menghasilkan penulisan yang sebaik mungkin, khas kita sendiri. Dengan kata lain: otentik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar